1. Motif Manusia
Sebagai penggambaran nenek moyang, terkait dengan pemujaan leluhur dan dimaksudkan untuk persembahan dan sebagai simbol kekuatan gaib untuk penolak bala.
a. Motif sosok utuh
Sosok manusia dilukiskan secara frontal, menghadap ke depan. Kaki dan tangan dengan sikap merentang, ada pula yang seperti belalang sembah. Biasanya ada pada daerah-daerah yang masih primitif. Proporsi manusia dibuat kurus atau sangat langsing berkepala besar dengan tangan dan kaki pendek sehingga pola garis sangat kuat. Bentuk manusia terdistorsi maupun terstilasi sehingga menampakan karakter yang kuat, berdaya ungkap tinggi, ekspresif dan mengandung muatan simbolis. Motif ini tidak berdiri sendiri seringkali dikombinasikan dengan motif lain (Sunaryo, 2006:18).
b. Motif kedok (topeng) dan kala
Melukiskan bentuk wajah yang di stilisasi, bisa wajah manusai, raksasa maupun binatang. Motif topeng banyak di jumpai di Papua, Kalimantan, Lampung, Batak, Jawa, dan Bali. Motif topeng sudah ada sejak zaman pra-sejarah (lihat Nekara Bulan Pejeng dari Bali), dalam suku Dayak (Kalimantan) mengenal topeng hudog, di suku Batak (Sumatra Utara) terdapat motif bohi-bohi yang berarti wajah manusia. Motif hias yang menggambarkan wajah manusia melambangakan keramahan, kewaspadaan, dan sebagai penolak bala (motif ulu paung/batak toba)
Di Jawa dan Bali motif kala dikaitkan dengan penggambaran wajah manusia/topeng. Kala atau kirttimuka digambarkan sebagai muka raksasa, matanya melotot, mulutnya menyeringai dengan gigi bertaring. Kala di candi Jawa Tengah pada umumnya digambarkan tanpa rahang bawah, rambutnya ikal memancar atau dibentuk dengan stilasi tumbuhan yang meruncing keatas membentuk segitiga. Dalam perkembangannya di candi Jawa Timur dan Bali (disebut karang boma) penggambaran kala semakin realistic dan meninggalakan stilasi tumbuhan, digambarkan mempunyai rahang bawah dengan ekspresi menyeramkan, kadang digambarkan dengan lidah menjulur keluar dari mulut yang bertaring panjang (Sunaryo, 2006:19).
c. Motif bagian tubuh
Di Sumba, terdapat perhiasan unik yang disebut mamuli yang digunakan sebagai bekal kubur orang yang meninggal, terkadang motif ini juga dipahatkan pada nisan kubur batu. Meskipun bentuknya beragam, terdistorsi, deformasi dan stilasi mamuli sesungguhnya merupakan penggambaran dari alat kelamin perempuan yang melambangkan kesuburan.
Didaerah Sulawesi Tenggara motif sejenis disebut dengan taiganja, sedangkan di Papua disebut cen (kemaluan perempuan) dan cemen (kemaluan laki-laki). Ornament cen merupakan penghormatan dan penghargaan kepada wanita sebagai pusat kehidupan dan perlambang kelahiran. Sedangkan cemen merupakan lambang keberaian, kejantanan dan kepahlawanan.
Didaerah Sulawesi Tenggara motif sejenis disebut dengan taiganja, sedangkan di Papua disebut cen (kemaluan perempuan) dan cemen (kemaluan laki-laki). Ornament cen merupakan penghormatan dan penghargaan kepada wanita sebagai pusat kehidupan dan perlambang kelahiran. Sedangkan cemen merupakan lambang keberaian, kejantanan dan kepahlawanan.
Selain menggambarkan organ vital, di Papua juga terdapat motif hias lain yang menggambarkan bagian tubuh manusia sepasang tangan dan kaki disebut motif ban dan ama. Motif ban dan ama melambangkan pusat kekuatan, lambang panglima perang atau lambang pemanggil roh nenek moyang (Sunaryo, 2006:21).
d. Motif hias Wayang
Merupakan penggambaran roh nenek moyang. Tokoh-tokoh dalam wiracerita Ramayana dan Mahabarata (masuk ke Nusantara bersama dengan pengaruh hindu) meggeser cerita kepahlawanan tokoh nenek moyang lokal bercampur dengan mitos, diolah, dicipta dan berkembang serta dipandang sebagai leluhur masyarakat Jawa dan Bali.
Dari berbagai jenis nya yang berkembang di Nusantara, dari wayang purwa (parwa di Bali), wayang golek, wayang beber, wayang gedog, wayang klitik, dan wayang wong sertayang paling terkenal sekarang adalah wayng kulit.
Penggambaran motif wayang sebagai stilisasi manuasia adalah berkesan pipih, dekoratif, dengan atribut-atribut yang dapat dikenali sebagai tokoh wayang. selainpada rekief candi, motif hias wayang diterapkan pada batik, ukir kayu, keris, kacip dan lain sebagainya (Sunaryo, 2006:22).
Kacip, pemotong buah pinang |
Daftar Pustaka :
1. Sunaryo, Aryo. 2007. Ornamen Nusantara. Semarang : Jurusan Seni Rupa UNNES
2. Gambar diolah dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar