Translate

Senin, 28 Oktober 2024

Motif Hias Non-Geometris : Flora

a.      Motif bunga
Motif bunga yang sering digunakan adalah motif teratai sejak zaman Hindu. Kuntum bunga yang berwarna merah disebuat padma dengan ukuran besar, sering kali digambarkan kuncup menjulang diatas air dengan daun yang bergelomang. Kuntum bunga yang biru disebut upatala dengan bunga berukuran kecil, digambarkan setengah terbuka, kelopak bunga melengkung kebawah serta daun tidak bergelombang. Sedangkan kuntum bunga yang putih disebut kumuda, bunganya besar mengapung diatas air, mahkotanya berbentuk runcing, daunnya tidak bergelombang. Motif bunga teratai melambangkan kemurnian dan kesucian. Sejumlah patung zaman Hindu yakni Syiwa, Parwati, dan Ratu Suhita dilengkapi motif teratai. 
Patung Budha biasanya digambarkan diatas padmasana, yakni semacam singgasana dengan ornament bunga teratai. 
Di zaman Islam motif bunga teratai masih digunakan dan dijumpai di masjid Mantingan Jepara dan kasultanan Cirebon yang mendapat pengaruh China.
Motif bunga yang lain adalah bunga mawar yang digambarkan pada relief candi Borobudhur, sulaman yang dipengaruhi kebudayaan Eropa, pada kain songket yang melambangkan kekeluargaan.
Dalam batik terdapat banyak sekali motif bunga yang digunakan antara lain, truntum, cempaka, sekar jeruk, sekar randu dan sebagainya, pada umumnya berpola geometris, nitik dan ceplok.
Motif Truntum
Motif Bunga Cempaka/Kantil
Bahkan terdapat motif semen yang menggambarkan bunga yang bersemi dan buketan yang menggambarkan buket bunga (Sunaryo, 2006: 50).
b.     Motif patra, lung dan sulur
Patra artinya daun, merupakan stilasi bentuk daun yang disusun berderet. Motif lung merupakan tunas atau batang tanaman muda yang menjalar melengkung bentuknya. sedangkan sulur dipakai untuk menamakan motif hias tumbuhan yang diubah dengan bentuk dasar pilin (Sunaryo, 2006:51).
Motif Lung-lungan
                            
  c.      Motif pohon hayat
Pengambaran pohon kahyangan (kalpataru) di candi Prambanan berbentuk bulat padat, penuh bunga teratai, diatasnya bertengger burung dan terdapat payung. Sementara itu dibagian kanan kirinya terdapat motif kinara-kinari.
Pohon hayat merupakan pohon keramat yang menyatukan dunia atas dan bawah, lambang ke-esa-an tertinggi dan keseutuhan, merupakan sumber semua kehidupan, kekayan dan kemakmuran. Motif pohon hayat di daerah Batak disebut gorga marira sundung di langit yang berbentuk menyerupai pohon cemara lengkung ikal dan dililit ular dan pada bagian atasnya terdapt motif burung. 
Pada kain kroe Sumatra Selatan juga terdapat motif pohon hayat yang ditanam diatas panggung. Di suku Dayak Kalimantan motif pohon hayat disebut dengn batang garing yang digunakan sebagai ornamen penghias tikar.
Di Jawa da Bali pohon hayat dalam pertunjukan wayang diebuat dengan kayon/gunungan. Berkembang pada periode Islam sehingga bentuknya segitiga meruncing seperti sekarang.
Dalam batik motif pohon hayat digambarkan lebih sederhana, terkadang divariasikan dengan motif lain (semen rama).
Hal ini juga terdapat dalam tenun ikat Sumba, yang dalam penggambarnnya berbentuk garis tegak simetris, berbentuk ikal berulang semakin keatas semakin kecil (Sunaryo, 2006:54).


Daftar Pustaka :
1. Sunaryo, Aryo. 2007. Ornamen Nusantara. Semarang : Jurusan Seni Rupa UNNES
2. Gambar diolah dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar